PERLUKAH SAHABAT?

Reza menangis sambil meringis menahan sakit. Lututnya berdarah karena tadi dengan sengaja kaki Aji menahan laju larinya sehingga ia tersandung dan jatuh. Aji yang duduk di kelas empat SD ini memang sudah terkenal nakal di sekolahnya. Ia suka mengganggu adik kelasnya. Ada saja ulahnya yang membuat adik kelasnya menangis. Ia pasti tertawa senang jika berhasil atas ulahnya tersebut. Berbeda dengan Rahman, duduk di kelas lima SD, jika melihat ada adik kelasnya menangis segera menenangkannya. Begitu mengetahui bahwa itu atas ulah Aji, maka ia akan langsung mencari keberadaan Aji untuk menasihatinya. Tetapi Aji tak pernah mau menggubrisnya dan tak pernah kapok untuk berulah kembali. Tak heran jika tak ada yang mau berteman dengannya. Sedangkan Rahman, ia adalah murid yang paling disukai, karena ia baik hati, suka berbagi dan tidak sombong.

Mengapa Aji suka berbuat nakal? Ternyata karena ia merasa kurang mendapat kasih sayang dari orang tuanya. Ia adalah anak pertama dari dua bersaudara. Sejak adiknya lahir empat tahun yang lalu, ia merasa kasih sayang orang tuanya telah beralih kepada adiknya. Sebagai pelampiasan dari rasa cemburunya itu ia berubah menjadi anak yang nakal, baik di rumah maupun di sekolah. Orang tuanya sampai bingung menghadapi tingkah lakunya itu. Bahkan orang tuanya sudah berulang kali dipanggil oleh kepala sekolah atas kenakalannya itu, tetapi sampai sekarang ia belum juga berubah.

Sampai pada suatu hari, Aji mengambil uang adik kelasnya yang baru duduk di kelas satu. Melihat ada yang menangis, Rahman segera mendekatinya. Begitu mengetahui bahwa itu atas ulah Aji, maka ia pun segera mencari keberadaan Aji.

Akhirnya ia menemukan Aji yang sedang bermain kelereng sendirian di halaman belakang sekolah, ia langsung mendekati Aji. Kali ini Rahman sudah tidak bisa mentolerir lagi. Ia merasa Aji sudah keterlaluan. Segera diraihnya krah baju Aji dan memintanya untuk mengembalikan uang tersebut kepada yang bersangkutan. Melihat wajah Rahman yang emosi, Aji menjadi takut. Selama ini memang tak ada yang berani melawannya, kecuali Rahman. Melihat keberanian Rahman, nyalinya langsung ciut. Segera diserahkannya uang tersebut kepada Rahman dan Rahman lalu mengambil uang tersebut untuk dikembalikan kepada adik kelasnya yang menangis tadi.

Setelah selesai mengembalikan uang itu, Rahman kembali lagi ke tempat Aji untuk meminta maaf karena telah berlaku kasar. Sebagai penebus perlakuan kasarnya tadi, Rahman kemudian mentraktir Aji semangkuk bakso. Melihat kebaikan Rahman, Aji menjadi malu. Kini ia menyadari bahwa sesungguhnya selama ini Rahman bermaksud baik padanya dan tak berniat untuk menyakitinya.

Sejak saat itu Aji menjadi sahabat Rahman. Ia merasa beruntung karena ada yang mau memperhatikannya. Apalagi Rahman orangnya tidak pelit, ia sering memberi Aji bekal yang dibawanya dari rumah. Merasa ada yang memerhatikannya, Aji pun berubah menjadi baik.

Itulah pentingnya sahabat. Menurut penelitian para ahli psikologi, salah satu ciri orang yang sehat jiwanya adalah adanya sahabat di sisinya. Tentu saja itu masuk di akal. Sebab, dengan adanya sahabat, maka kita bisa berkeluh kesah, bisa berbagi cerita, dan bisa saling membantu jika ada kesulitan. Dan jiwa pun akan menjadi sehat karena ada tempat untuk diajak berbagi.

Jadi, sahabat adalah orang yang perduli, memerhatikan, dan menyanyangi kita dengan setulus hati. Kalau kata band Sinden Tosca, persahabatan itu bagai kepompong, mengubah ulat menjadi kupu-kupu. Ya, sahabat yang baik adalah yang mau berusaha untuk mengubah yang buruk menjadi lebih baik.

Dalam Islam, kita pun dianjurkan untuk memperluas ukhuwah, sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam surat Al-Hujurat ayat 10 yang artinya, ”Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”

Nah, tunggu apa lagi. Ayo, cari sahabat sebanyak-banyaknya. Tetapi, bagaimanakah kriteria sahabat yang baik? Coba simak tips berikut ini:

Pertama, teliti agamanya. Rasulullah saw. bersabda, ”Seseorang mengikuti agama teman dekatnya; “karena itu telitilah dengan siapa ia berteman dekat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi). Tetapi bukan berarti kita harus memilih-milih sahabat lho, hanya saja kehati-hatian itu perlu supaya kita lebih bisa menjaga kualitas keimanan kita.

Kedua, bukan orang yang pembohong. Sebab orang suka bohong itu pertanda hatinya buruk dan orang yang tidak menghargai orang lain. Coba bayangkan, bagaimana perasaan kita saat ada orang yang membohongi kita. Sakit, bukan? Makanya, wajar saja Rasulullah saw. sangat tidak menyukai orang yang suka bohong dan orang yang suka berbohong itu digolongkan ke dalam orang yang munafik.

Ketiga, harus bisa dipercaya. Misalkan, kita baru membeli buku cerita yang menarik, lalu ada teman kita yang meminjamnya. Maka sebelum meminjamkannya, kita beritahu terlebih dahulu supaya buku itu dirawat dengan baik dan jangan sampai sobek. Eh begitu buku itu dikembalikan ternyata sudah tidak karuan bentuknya. Tentu saja kita akan kecewa dan sakit hati dibuatnya. Dan kita pun tak akan mempercayainya lagi. Jadi, menjaga kepercayaan itu sangat perlu.

Keempat, suka menghargai orang lain. Jangan memilih sahabat yang suka menghina, mencemooh, atau mencela. Sahabat yang seperti ini juga bikin sakit hati.

Kelima, tidak suka bersikap kasar. Baik kasar tingkah lakunya maupun kasar bahasanya. Ingat lho, sahabat itu mudah mempengaruhi kita. Jika kita mempunyai sahabat yang suka berkata kasar atau berkata jorok, maka kita pun akan mudah menirunya. Jadi, kita harus pandai dalam menyeleksi sahabat.

Keenam, cari yang mempunyai kesamaan dalam hobi dan minat. Jika kita punya sahabat yang mempunyai kesamaan hobi tentu rasanya menyenangkan. Karena saat kita bercerita tentang buku, maka sahabat yang hobinya sama dengan kita akan nyambung saat diajak ngomong tentang buku. Tetapi tak ada salahnya jika sahabat kita yang semula tidak suka membaca buku lalu kita tularkan untuk menyukai membaca buku pula. Karena menulakan kebaikan itu berpahala lho.

Ketujuh, saling nasihat-menasihati dalam kebaikan dan kesabaran. Inilah pentingnya keberadaan sahabat, yaitu untuk saling mengingatkan. Misalnya, kalau sahabat kita sudah kelihatan mulai malas mengerjakan sholat atau malas belajar, maka fungsi kita adalah untuk mengingatkannya supaya rajin kembali.

Kedelapan, saling memberi dan menerima. Jangan mau enaknya saja lho, giliran sahabat membutuhkan pertolongan eh malah pura-pura tidak tahu. Karena itu, berusahalah untuk berbagi. Percaya deh, saat kita berbagi maka dunia ini rasanya menjadi indah. Kalau tidak percaya, cobalah beri sahabatmu sesuatu yang menurutmu adalah yang disukainya. Saat menerima hadiah yang tak terduga itu pasti senyuman akan mengembang di mulutnya. Nah, hati kita pun akan dialiri rasa bahagia. Dan ternyata saling memberi hadiah merupakan perbuatan yang terpuji dan dianjurkan Rasulullah saw. sebagaimana sabda beliau, ”Saling memberi hadiahlah maka kamu akan saling mencintai” (H.R. Muslim). Karena itu, yang belum punya sahabat, buruan cari sahabat supaya sehat jiwamu.

Comments

Popular posts from this blog

MENANGANI TELEPON MASUK

1. PENGERTIAN ARSIP

DOKUMEN & DOKUMENTASI