SAAT RASA ITU TUMBUH

Di keramaian yang penuh sesak dengan jiwa - jiwa penuh suka ria. di antara puluhan pasang mata. pasang mata yang tertuju pada sebuah pertunjukan kesenian rakyat. namun pikiranku melayang, melangang entah kemana. menuju entah pada apa. seperti air dan minyak yang tak bisa menyatu. seperti air dan api yang tak pernah damai. mataku memang melirik kesana kemari. tubuhku memang bergerak kesana kemari. namun tak sama halnya dengan pikiranku yang kubiarkan terbang dan emngalir tak bermuara, tanpa tujuan.

Seorang lelaki yang didekatku,yang entah sejak kapan dia ada disitu. entah berapa lama dia berdiri disitu. ku pandangi sosoknya yang seakan menyibak debu diatas meja. yang seperti bintang bersinar paling benderang. yang mampu menghentikan perasaanku yang melayang dan tak bermuara. kini ku terpaku. diam membisu, berdiri mematung. pandanganku menuju satu tiitk. satu tiitk yang paling bersinar.rasanya tak ingin ku berpaling. tak ingin ku berkedip barang sedetikpun. namun waktu seakan berjalan begitu cepat. dan mampu memisahkanku dengan titik itu. memaksaku untuk tak memandang titik terang itu lagi. ahh ingin rasanya ku menolak. namun apa daya? tak ada yang mampu memaksakan keadaan.

terduduk ku terpaku. terdiam ku membisu. di bawah sentir yang memecah kegelapan sang jubah hitam. tanpa sadar, senyum merekah di raut kusam ku. pikiranku kembali saat kejadian tadi sore. diatas kepala serasa oenuh tanda tanya. wajah imutnya selalu hadir di pelupuk mata. lengking tawanya yang semakin membuat rautnya bersinar, membuat jantungku berdegub sedemikian kencangnya. seakan kuda sedang berpacu laju di dalam jantungku. ku tak tau apa artinya ini. siapa yang dapat mengartikan perasaan yang kadang sulit bahkan tak bisa diungkakan dengan sajak atau kata? bahkan hanya sekedar bahasa tubuhpun tak bisa. lalu akan kemana ku berlali memikul semua ini? hati yang bergejolak sedemikian hebatnya. perasaan yang mengalir sedemikian derasnya. sebuah rasa yang mengusik sedemikian besarnya. bathin berkata,

"inikah rasanya? rasa yang sesungguhnya. rasa yang selalu membuat bahagia dan deritanya tiada habis. beginikah? sesjukn inikah?"

bagai embun pagi menetes membahasi syaraf-syaraf yang telah membeku. bagai sang fajar yang menyibak jubah hitam. begitu menyejukkan dan menghangatkan. ku coba mengalihkan semua ini. memikirkan dan mengingat hal menarik lainnya. namun? ahhh ku tak kuasa ! bagai kutu yang melekat di kulit kepala. hatiku tak semudah menghapus data di komputer yang hanya tinggal di delete. tak segamoang mengenter baris di MS. Word dan tak semudah menggatikan fontnya. tak mampu hati ini mengusir virus yang sedemikian mengikat. tak kuasa ku menahan gejolak hati saat ku lihat sosok dirinya.

aku mengharapkannya. walaupun sekedar berpapasan wajah barang beberapa detik. mengharapkan hati dan perasaanya yang berusaha akan ku pancing perlahan, perlahan, terus dan terus tuk menuju muara damaiku yang penuh warna. kedambaanku akan sesosok lelkai pembawa cawan kasih penuh kesejukan ke arah surga cintaku. dan ku tahu, kemungkinan yang dapat terjadi adalah bahwa nantinya, senyumnya bukan untukku, tawanya tak bersamaku.

kesempatan itu datang. bahkan lebih luas dari yang ku bayangkan. media pesan teks membawaku tuk semakin dekat dengannya. semakin tau sosoknya di balik topeng terangnya itu. saat ku lihat titik terang itu lagi, entah mengapa kau lebih suka mencuri pandnag, melirik lirik sinarnya. malu rasanya. menatap wajah berkilaunya. tak terkira sebegini hebatnya titik terang itu menyilaukan mataku. hingga mata ini tak mampu menghalaunya. hingga darah ini seakan mengucur, mengalir deras walaupun penuh penghalang. tak peduli apa yang datang menerjang. 

awalnya ku pikir ini hanyalah sementara. hanya sebuah fantasi sesaat dari kejenuhan hati. namun jika benar begitu adanya, mengapa begitu susah ku melupakannya? menghapuskan tawa yang bak mawar merekah memerah. menghapus kerlingan mata bak berlian menyilaukan. menghapus sosoknya yang menawan bak jamrud di kathulistiwa. tiada dayaku. yang hanya manusia biasa, tanpa sihir, tanpa mantra. akhirnya ku biarkan saja itu mengalir, melayang di pikiranku. sampai pada saatnya mereka akan mengerti muara mana yang seharusnya dijadikan tempat pemberhentian. entah sampai kapan. dan ku yakin, seiring berjalannya waktu, rasa itu akan memilih untuk terus tumbuh, tetap konsisten atau akan menghilang berasa debu yang terseret angin. LENYAP.  


Comments

Popular posts from this blog

MENANGANI TELEPON MASUK

1. PENGERTIAN ARSIP

DOKUMEN & DOKUMENTASI